JOURNEY TO EDINBURGH (part 1)

Wednesday, July 3, 2019


I left my heart in Edinburgh

Melanjutkan cerita perjalanku ke London, aku sengaja memilih kota tujuan selanjutnya adalah Edinburgh. Aku sudah sangat penasaran ingin mendatangi kota ini sejak aku melihat di IG Story nya Lizzi Parra. Betapa kota ini memiliki kesan tersendiri yang membuat aku ingin mengunjunginya secara langsung. Dan setelah mendatanginya, aku jatuh cinta...  I left my heart in Edinburgh
Perjalananku menuju Edinburgh aku tempuh menggunakan kereta dari stasiun London King Cross menuju stasiun Edinburgh Waverley selama kurang lebih 4 jam. Perjalanan yang cukup panjang dengan durasi yang hampir sama seperti perjalanan dari Paris menuju Swiss tahun lalu. Aku menaiki Virgin Train yang tiketnya sudah dipesan jauh-jauh hari dari Indonesia. Aku akan menginap selama 2 (dua) malam di Edinburgh. Meskipun singkat, tapi dua hari sepertinya cukup untuk dapat berkeliling kota mengunjungi icon-icon di kota Edinburgh. Selanjutnya aku akan kembali ke London dan melanjutkan perjalanan ke kota Paris.




Perjalanan menggunakan kereta ke kota Edinburgh cukup menyenangkan karena kami berangkat pagi dari London, jadi suasananya masih nyaman. Kereta pun melewati beberapa kota seperti New Castle, York dan Dunbar. Namun menurutku yang kurang nyaman hanyalah Virgin Train ini tidak presisi menggambarkan durasi perjalanannya. Jadi waktu kedatanganku bergeser sekitar 40 menit dari jadwal. Hal ini cukup menggangu aku saat perjalanan pulang ke London yang bergeser dan membuat aku sampai lari-larian mengejar kereta lanjutanku menuju ke Paris. 



Aku tiba stasiun Edinburgh Waverley sekitar jam 1 siang. Wah, angin dingin Edinburgh langsung menyambut kedatanganku disana. Jadwal kedatanganku lebih lambat dari jadwal yang seharusnya,, ternyata kereta Inggris ga tepat waktu seperti kereta Swiss. Stasiun Edinburgh Waverley cukup besar mirip stasiun lainnya sewaktu di London. Yang cukup menarik perhatianku adalah adanya mesin cash withdrawal (ATM)  milik Royal Bank of Scotland. Ga seperti di Indonesia, mesin ATM disini tidak berada dalam booth khusus. 



Dari stasiun aku langsung menuju hotel tempat aku menginap selama 2 hari ini. Sebenarnya aku ingin mencoba menginap di Apartement menggunakan Airbnb karena harga nya yang cukup ekonomis dan tersedia dapur. Tapi semua Airbnb yang ada tidak menyediakan lift menuju apartement. Hanya beberapa hotel saja yang menyediakan lift sebagai akses menuju ke kamar. Salah satunya adalah Jurys Inn Hotel yang lokasi nya dekat sekali dengan stasiun dan Old town. Tinggal jalan sebentar sudah bisa ke lokasi Old Town nya. 
Seperti biasa aku sudah menyiapkan rundown kegiatanku hari ini agar kegiatan  sudah terarah mau kemana dan ngapain saja. 
TimeActivityHow To get there
05.00-06.00Mandi, Makan, Sholat 
07.00Perjalanan ke King Cross Stasiun  
08.00-12.18Londong King Cross - Edinburgh (Waverley)Train
12.30Sampai di Edinburgh 
12.30-13.00Makan Siang 
 Menuju Hotel, titip tas 
14.00-15.00Check in Hotel, Istirahat  
15.00Scott MonumentJalan Kaki
 Prince Street Park 
 St Giles Catedral 
 Museum Child hood 
 Calton Hil 

Sesampainya di hotel kami langsung disambut oleh resepsionis yang ramah. Gaya bicaranya pun khas, so Scotish dengan aksen yang khas. Mas resepsionisnya menanyakan rencana kami mau kemana saja selama di Edinburgh. Mas resepsionis juga memberikan brief singkat tentang objek-objek wisata yang harus kami kunjungi, hal-hal menarik serta cuaca ekstrem disana. Katanya dalam satu hari cuaca bisa berubah dari panas terik, angin dingin, hujan bahkan salju. Wah,, seru juga si kalau begitu. Selepas penjelasan singkat, kami langsung masuk ke kamar dan menaruh semua barang yang kami bawa. Syukurlah, kali ini hotel yang aku pilih ukuran dan fasilitasnya mirip dengan hotel bintang 4 di Jakarta. Lebih nyaman daripada hotel di London. 



Setelah beristirahat sebentar, aku bersiap untuk mencari restorant terdekat untuk makan siang. Maklum, rice cookerku rusak di London jadi sudah ga bisa masak nasi. Sekarang makan harus ikut cara bule atau cari resto Asia terdekat untuk mencari nasi. Ternyata dibelakang hotel sudah kawasan Old Town yang ramai sekali dengan toko-toko dan restoran. And lucky me, ada resto Asia yang halal. Akhirnya aku bisa makan nasi goreng yang rasanya mirip di Jakarta. Setelah selesai makan aku langsung menuju kawasan Old Town untuk mengunjungi St Giles Catedral. Kawasan Old Town ini tidak bisa dilewati oleh kendaraan ya, jadi hanya bisa dilalui pejalan kaki. Ramai banget sama turis, heheh ya memang kawasan turis termasuk aku. Oh ya, aku belum bilang ya.. Kota Edinburgh ini cantik sekali. Benar-benar cantik, apalagi di daerah Old Town ini. Kesan tua nya berasa banget tapi tetap terawat bangunan-bangunannya. Angin dingin ditambah suasana mendung membuat kota ini tambah cantik dan misterius di mataku. 





Di sepanjang jalan Old Town banyak bangunan-bangunan tua yang sekarang menjadi toko souvenir, kafe, pub, toko cashmere dll. Bangunan tsb berjajar sepanjang kanan-kiri jalan sampai berujung ke Edinburgh Castle. Hari ini aku belum akan mengunjungi Edinburgh Castle, jadi saya langsung menuju St Giles Cathedral yang merupakan salah satu bangunan bersejarah yang menawan. Gereja katedral ini didirikan tahun 1124 dan menjadi bagian penting dari reformasi Skotlandia di abad ke 16. Kebetulan aku ga sempat masuk ke dalam gereja, hanya foto-foto didepan saja. 




Setelah berfoto didepan gereja dan disepanjang Old Town, aku melanjutkan perjalananku ke tempat lainnya dengan berjalan kaki. Langsung buka google maps dan mencari jalan terdekat ke lokasi selanjutnya. Tujuanku selanjutnya adalah Princess Street Park yang ada di Princess Street. Aku menyusuri jalan menurun dari area Old Town menuju Princess Street. Disepanjang perjalanan tak henti-hentinya aku mengagumi keindahan arsitektur bangunan di kota indah ini diantaranya Bank of Scotland adn Scottish National Gallery. 




Karna suasana sore nya nyaman sekali, aku langsung masuk ke Princess Street Park. Wah, hijauu sekali. Dari taman ini kita juga bisa melihat Edinburgh Castle yang kokoh berdiri tegak. Di taman kami duduk di bangku taman sambil menikmati angin semilir. Aura sudah berlarian kesana kemari. Setelah aku perhatikan ada yang unik dengan bangku tamannya. Sepertinya bangku taman tsb merupakan sumbangan dari warga yang ingin mendedikasikannya untuk keluarga/sahabatnya yang sudah tiada.  Andai di Jakarta banyak taman terbuka seperti ini, pasti akan menyenangkan sekali menghabiskan sore sambil membaca buku ditempat seperti ini. 







Dari Princess Street Park aku langsung menuju ke Scott Monument melewati Princess Street. ini memang ramai sekali. Sepanjang jalan berjejer toko-toko dari Primark Edinburgh sampai toko kosmetik ada disini. Ada juga tram dan bus yang melaju melewati jalan ini. Jarak dari Princess Street ke Scott Monument ga begitu jauh, cuma nyebrang saja dan masih dalam kawasan taman. Ramai banget memang kalau sore. Scott Monument dibangun untuk menghormati penulis literatur Skotlandia, Sir Walter Scott, yang didesain oleh George Meikle Kemp dan dibangun mulai tahun 1840. Monument ini juga merupakan salah satu monumen terbesar di dunia. Disini selain dapat menikmati keindahan dari desain monument, disini kita juga bisa melihat patung-patung dari karakter yang terdapat pada novel Sir Walter Scott.






Ternyata apa yang diperingatkan oleh Mas resepsionis hotel Jury Inn benar adanya. Cuaca di Edinburgh bisa berubah ekstrem seketika. Saat aku sedang bersantai di Scott Monument, tiba-tiba hujan turun sangat deras. Untung saja sudah siap payung dimanapun berada. Tapi karna hujannya sangat deras, aku memutuskan kembali ke hotel. Akhirnya kami masuk ke mall yang berada di stasiun Edinburgh Waverley dan langsung bergegas ke hotel untuk mengakhiri petualangan hari ini.


Im falling in love
With this city



.....
xoxo


1 comment: